Apa Itu DevOps dan Tips Jitu Belajar Menjadi DevOps

Tahukah kalian bahwa ada sebuah tools yang memungkinkan untuk mengoordinasikan antara proses pengembangan program dengan pengoperasiannya? Tools tersebut bernama DevOps. Okay deh, tak usah pakai lama, langsung simak selengkapnya saja yuk mengenai Apa Itu DevOps dan Tips Jitu Belajar Menjadi DevOps

Apa Itu DevOps?

Kata “DevOps” merupakan singkatan dari development dan operation. DevOps merupakan sistem yang berguna untuk menggabungkan proses yang terjadi dalam pembuatan aplikasi. 

Sederhananya adalah penggabungan antara pengembangan aplikasi saat masih dalam proses perangkaian kode dengan proses uji coba untuk melihat kesiapan pemakaiannya. Harapannya adalah dengan penggabungan tersebut, koordinasi antara tim developer dengan operasional dapat berlangsung sesingkat dan seefisien mungkin.

Nah, untuk mewujudkan koordinasi tersebut, butuh tools yang memang mampu mengakomodasinya. Salah satu tools yang paling sering dipakai adalah koordinasi Source Code Management (SCM) dengan nama-nama produk dari tools tersebut, antara lain: 

  • GitHub
  • GitLab
  • Bitbucket, dan masih banyak lainnya 

Sayangnya, dalam hal ini SCM saja tidak cukup, loh.  Masih perlu tools Product Management Software agar bisa menunjukkan kepada operasional tentang masalah yang timbul. 

Skill yang Dibutukan Saat Menjadi DevOps

Sebaiknya pahami dulu ya skill apa saja yang harus dikuasai. Dengan begitu, arah belajar juga bisa lebih terarah. Yuk simak penjabarannya di bawah ini: 

  • Sudah cukup mengenal berbagai macam bahasa pemrograman serta konsep dasar dari Linux.
  • Skill mengelola source codes.
  • Sudah cukup familiar dengan bagaimana cara kerja operasional IT dan sysadmin
  • Sudah pernah terlibat dalam uji coba software code dan pendistribusiannya.
  • Tahu cara bagaimana mendistribusikan bermacam-macam tools otomatis untuk kebutuhan menyempurnakan sistem DevOps.
  • Tahu secara teori dan praktik menjalankan metodologi Agile dan scrum.
  • Kemampuan komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan karena pasti akan bekerja dalam satu tim.

Tips Belajar Menjadi DevOps

Lalu, apabila tidak memiliki latar belakang IT namun tertarik menjadi DevOps, apakah hal itu masih mungkin? Iya, masih bisa, asal kalian tahu bagaimana cara belajar DevOps tersebut dengan benar. Nah, berikut ini caranya menurut AWS Dicoding: 

Mempelajari Satu atau Beberapa Bahasa Pemrograman

Kalian perlu menguasai beberapa bahasa pemrograman. Oleh karena itu, mau tidak mau dalam belajar DevOps engineer, kalian wajib punya pemahaman soal konsepnya. Beberapa konsep penting yang sebaiknya kalian tahu adalah: 

  • Melakukan debugging kode.
  • Mengintegrasikan perubahan kode aplikasi.
  • Mengotomatiskan proses development dan deployment, dan sebagainya. 

Penguasaan ini penting karena pasti harus memahami perubahan apa yang tim developer jalankan. Nantinya kalian bisa memberi informasi yang akurat dan dapat dipahami oleh bagian operasional. 

Memahami Version Control System

Seorang ahli DevOps dengan version control system adalah selayaknya 2 sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Apalagi saat ini bekerja tidak harus di kantor, kalian jelas akan menjalankan proses penyatuan kode ke repository pusat. Di sinilah version control system hadir supaya bisa melakukan hal tersebut 

Oia, version control system akan membantu mengelola source code melalui proses identifikasi baris kode mana saja yang telah diubah. Error pun relatif lebih mudah untuk diperbaiki.

Contoh tools Version Control System yang populer adalah GitHub, Gitlab, Bitbucket, dan sebagainya.

Memahami Sistem Operasi Linux

Tips berikutnya dalam belajar DevOps adalah penguasaan pada Linux. Linux menjadi OS yang sangat disarankan untuk didalami bagi DevOps Engineer. Alasannya adalah mayoritas perusahaan menggunakan peralatan jaringan dan server dengan sistem operasi Linux.

Beberapa pengetahuan penting yang wajib kalian miliki adalah: 

  • Process management
  • I/O management
  • Thread and concurrency
  • Memory management, dan sebagainya.

Pengetahuan tentang Konfigurasi dan Deployment Perangkat Lunak

Bisa dibilang peran DevOps itu sebagai penengah yang menyampaikan pesan dari developer kepada operasional maupun sebaliknya. Makanya, jika mau belajar DevOps, harus paham bagaimana mengkonfigurasi dan men-deploy perangkat lunak.

Selain itu, DevOps juga memiliki kewajiban mengotomatisasi deployment dan tugas administratif supaya makin efisien dan konsisten akurasinya. 

Mempelajari Konsep Infrastructure as Code

Definisi Infrastructure as Code (IaC) adalah praktik yang memungkinkan proses deployment lebih mudah dan otomatis. Kedua hal tersebut didapatkan karena  di sini kalian mendapat tuntutan menghasilkan environment yang diinginkan sesuai kebutuhan dan persyaratan.

Lebih jelasnya, Infrastructure as Code berbentuk prosedur dalam mengelola infrastruktur IT sebagai sebuah kode menggunakan berkas konfigurasi. Hasilnya tim IT mampu: 

  • Menentukan stack sebagai berkas konfigurasi secara deklaratif. 
  • Men-deploy berkas berkali-kali sehingga menjadi cepat prosesnya. 

Contoh  berbagai IaC tools yang biasa digunakan oleh para profesional DevOps, seperti Terraform, SaltStack, AWS CloudFormation, dan masih banyak lagi.

Mempelajari CI/CD Pipeline

Poin berikutnya adalah pemahaman seputar proses Continuous Integration dan Continuous Delivery/Deployment (CI/CD). Menjadi poin penting karena dianggap sebagai bagian dari proses perilisan perangkat lunak yang biasa disebut sebagai delivery pipeline.

Continuous Integration berkaitan dengan penyatuan kode oleh developer ke dalam branch utama dari sebuah repository terpusat. Proses yang berfungsi untuk pengurangan biaya, kerja efisien, dan sebagainya. 

Sedangkan Continuous Deployment adalah perpanjangan dari Continuous Integration. Ia mengotomatiskan deployment kode yang telah divalidasi ke lingkungan production. Dengan adanya dukungan Continuous Deployment, perilisan perangkat lunak menjadi lebih efisien dan mudah.

Ada berbagai tools yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan CI/CD pipeline, seperti Jenkins, CircleCI, Travis CI, GitLab, dan sebagainya.

Mempelajari Konsep Jaringan dan Keamanan

Profesi inilah yang akan menentukan lancar tidaknya komunikasi yang terjadi antara kedua belah pihak, yaitu developer dan operasional. Tak heran jika dalam belajar DevOps, menguasai soal pengelolaan jaringan itu krusial karena dalam jaringan itulah terjadi proses komunikasi.

Eitss, DevOps yang kompeten juga wajib memiliki kemampuan menjaga keamanan jaringan tersebut, baik jaringan dalam development, testing, deployment, atau lainnya.

Cara Mengukur Progress dalam Penguasaan DevOps 

  • Mengerjakan proyek-proyek nyata dan melihat peningkatan efisiensi dan kualitas pengiriman perangkat lunak.
  • Membandingkan pemahaman kalian tentang konsep DevOps sebelum dan sesudah belajar.
  • Menerima umpan balik dari rekan kerja atau mentor DevOps.

Okay, jadi itulah yang bisa dibahas mengenai DevOps. Semoga bisa menambah insight, ya.

Oia, dapatkan penghasilan melalui Afiliasi Jetorbit, yuk. Kalian bisa memiliki peluang mendapatkan jutaan rupiah setiap bulan! Asik, kan. Mudah kok pendaftaran dan cara kerjanya. Kalian bisa melakukannya kapanpun, di manapun, dan ke siapapun. 

Semoga bermanfaat 🙂

Bermanfaatkah Artikel Ini?

Klik bintang 5 untuk rating!

Rata rata rating 0 / 5. Jumlah rate 0

Yuk Rate 5 Artikel Ini!

We are sorry that this post was not useful for you!

Let us improve this post!

Tell us how we can improve this post?

Bagikan:

Leave a Comment